Mahasiswa yang tergabung dalam Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI, red) Cabang Medan Bentrok dengan pihak birokrasi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) di Kampus UMSU, Jalan Muchtar Basri Glugur Darat II Medan, Kamis (3/1).
Aksi mahasiswa UMSU itu diikuti mahasiswa lainnya yaitu UISU, Unimed, IAIN, USU dan Budi Darma dengan tuntutan penghapusan syarat-syarat mengikuti ujian, penghapusan pungutan liar dan tranparansi dana pembangunan serta beasiswa.
Humas SMI, Martin Luis mengatakan kepada medanbagus.com, selama ini UMSU telah mengkomersialisasikan Pendidikan yaitu dengan adanya pemungutan liar, biaya SKS per-semester, dana pembangunan dan beasiswa yang tidak transparan. "Selama ini UMSU tak pernah transparan soal biaya-biaya yang dibebankan kepada mahasiswa, inikan termasuk pembodohan," kata Martin.
"Kami hanya disuruh belajar dan membayar saja, tapi tidak tahu kemana biaya-biaya itu semua, padahal biaya per SKS nya di luar uang kuliah Rp 3.500.000. Sementara tidak semua mahasiswa itu mampu," tambahnya lagi.
Bentrok terjadi saat mahasiswa orasi di depan Fakultas Hukum UMSU, tiba-tiba pihak birokrasi, yakni Kabinawa, Rahmat Kartolo, Pembantu Dekan III Fakultas Hukum UMSU, Faisal dengan rombongannya mengusir mahasiswa yang menggelar orasi.
Pengusiran itu disertai pemukulan salah satu satpam UMSU kepada salah seorang demonstran bernama Rudi. Tidak terima dengan pemukulan dan pengusiran pihak birokrasi itu mahasiswa melawan teriakan. Terjadilah adu mulut.
Para pendemo menilai sistem demokrasi di kampus UMSU sudah mulai dibungkam birokrat kampus karena mereka tidak bisa menyampaikan persoalan yang mereka hadapi. "Kampus UMSU tidak demokratis. Refresipitas pihak kampus kalau mahasiswanya beraksi," kata Martin dalam orasinya.
Sementara itu, Pembantu Rektor III UMSU, Arifin Gultom mengatakan aksi itu terpaksa dibubarkan karena SMI merupakan organisasi eksternal dan mahasiswa yang beraksi bukan hanya dari kampus UMSU saja. "Kalau mereka aksi di luar kampus kami tidak masalah," tambahnya. [ans]
KOMENTAR ANDA